Site icon Misteri Sejarah

Kecerdasan Buatan Ungkap Bahasa di Manuskrip Kuno Berusia 600 Tahun

Bahasa di Manuskrip Kuno

MisteriSejarah.com~~Bahasa di manuskrip kuno selalu menjadi misteri yang menarik untuk dipelajari, terutama jika manuskrip tersebut telah membingungkan banyak orang selama lebih dari seratus tahun. Manuskrip Voynich adalah salah satu manuskrip paling terkenal dan penuh teka-teki. Naskah ini menyajikan tulisan yang sulit dibaca dan ilustrasi yang membingungkan. Banyak kriptografer dan ahli bahasa berusaha memecahkan kode di balik teks ini selama bertahun-tahun. Namun, mereka selalu gagal. Berkat kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), para peneliti kini berhasil mengidentifikasi bahasa yang mereka gunakan dalam naskah kuno ini. Temuan ini memberikan harapan baru untuk mengungkap makna yang tersembunyi dalam manuskrip berusia 600 tahun tersebut.

Para peneliti menggunakan AI untuk menganalisis pola-pola yang rumit dalam teks manuskrip. Mereka memasukkan data dari berbagai bahasa ke dalam AI. AI kemudian membandingkan pola-pola dalam manuskrip dengan pola-pola dalam bahasa-bahasa tersebut. AI menemukan bahwa bahasa yang digunakan dalam manuskrip adalah bahasa Ibrani yang telah dikodekan.

Identifikasi bahasa ini merupakan langkah penting dalam upaya mengungkap misteri Manuskrip Voynich. Para peneliti sekarang dapat fokus pada analisis teks dengan menggunakan pengetahuan tentang bahasa Ibrani. Mereka berharap dapat mengidentifikasi kata-kata dan frasa yang bermakna. Mereka juga berharap dapat memahami konteks sejarah dan budaya di balik manuskrip ini.

Manuskrip Voynich menarik perhatian banyak orang karena keunikan dan misterinya. Banyak orang ingin tahu siapa yang menulis manuskrip ini, apa tujuan penulisannya, dan apa informasi yang ingin disampaikan penulis kepada dunia. Dengan bantuan AI, para peneliti selangkah lebih dekat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mereka berharap dapat mengungkap rahasia Manuskrip Voynich dan memberikan wawasan baru tentang sejarah dan budaya manusia.

Sejarah Penemuan Manuskrip Voynich

Wilfrid Voynich, seorang pedagang buku asal Polandia, menemukan Manuskrip Voynich pada tahun 1912. Naskah ini terdiri dari 240 halaman. Mereka tidak dapat memahami tulisan di dalamnya. Naskah ini penuh dengan ilustrasi aneh. Ilustrasi mencakup gambar-gambar tanaman yang tidak dikenal, simbol astronomi, serta gambar telanjang. Hal ini menambah aura misterius manuskrip ini. Beberapa halaman manuskrip hilang. Halaman-halaman lainnya semakin rapuh seiring berjalannya waktu.

Banyak orang telah mengajukan teori mengenai asal-usul dan makna manuskrip ini. Namun, tidak ada yang berhasil menemukan arti dari teks di dalamnya. Beberapa pakar berpendapat bahwa naskah ini menggunakan sistem kode atau sandi yang sangat rumit. Pihak-pihak yang tertarik mencoba mengungkap rahasia manuskrip Voynich selama Perang Dunia II. Mereka menganalisis manuskrip tersebut. Namun, mereka tetap tidak menemukan hasil. Orang-orang masih penasaran dengan misteri yang terkandung di dalam manuskrip ini. Mereka terus mencoba memecahkan kode dan mengungkap rahasia yang tersembunyi di dalamnya.

“Baca juga: Menyingkap Misteri Teluk Guanabara: Apakah Romawi Tiba di Brazil?”

Penelitian Kecerdasan Buatan untuk Mengungkap Bahasa

Salah satu perkembangan terbaru dalam upaya mengungkapkan misteri manuskrip Voynich datang dari dunia kecerdasan buatan. Greg Kondrak, seorang ahli pemrosesan bahasa dari University of Alberta, Kanada, bersama mahasiswanya, Bradley Hauer, menggunakan AI untuk menganalisis teks dalam manuskrip ini. Program kecerdasan buatan yang mereka kembangkan berfungsi untuk mengenali pola-pola dalam teks dan mencoba untuk menentukan bahasa yang digunakan dalam naskah tersebut.

Dengan memanfaatkan data dari “Universal Declaration of Human Rights” yang ditulis dalam 380 bahasa, mereka melatih AI untuk mengidentifikasi pola-pola dalam teks yang sulit dibaca. Hasilnya, AI berhasil menemukan bahwa teks dalam manuskrip kuno Voynich sebenarnya ditulis dalam bahasa Ibrani, meskipun dalam bentuk yang telah dikodekan. Temuan ini membuka jalan baru untuk memahami bahasa di manuskrip kuno yang sebelumnya tak terpecahkan.

Langkah Selanjutnya dalam Penelitian

Meskipun AI berhasil mengidentifikasi bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibrani yang telah dikodekan, para peneliti masih belum dapat mengungkap seluruh makna dari naskah tersebut. Mereka menyadari teks dalam manuskrip ini mungkin telah mengalami perubahan melalui anagram yang disusun secara alfabet. Para peneliti merancang algoritma untuk membongkar anagram tersebut dan mengubahnya menjadi kata-kata yang memiliki makna dalam bahasa Ibrani.

Hasilnya cukup mengejutkan. Lebih dari 80 persen kata dalam naskah tersebut ada dalam kamus bahasa Ibrani, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh banyak orang. Temuan ini menunjukkan bahasa di manuskrip kuno ini memang memiliki struktur yang dapat dianalisis, meskipun terselubung dalam bentuk yang kompleks. Para peneliti berharap dapat mengungkap lebih banyak bagian dari teks dan mengartikan isi lengkap manuskrip Voynich. Mereka juga ingin menganalisis lebih lanjut bahasa di manuskrip kuno tersebut dan membandingkannya dengan bahasa Ibrani yang digunakan pada masa itu.

“Simak juga: Melihat Kembali Perang Salib: Antara Keagamaan dan Kekuasaan”

Mengungkap Frasa Pembuka

Para peneliti membuat langkah yang paling menarik dalam penelitian ini. Mereka mengungkapkan frasa pembuka dalam manuskrip Voynich. Kemudian, mereka melakukan analisis lebih lanjut dan berhasil mengidentifikasi frasa pembuka manuskrip. Mereka menerjemahkan frasa tersebut menjadi kalimat dalam bahasa Inggris. Meskipun demikian, kalimat tersebut terasa aneh. Hasil terjemahannya adalah, “Ia membuat permintaan ke pendeta, pria di rumah, dan saya, dan orang-orang.” Frasa ini, meskipun masih terasa membingungkan, menandai awal dari proses dekripsi manuskrip yang lebih besar.

Namun, para peneliti menyadari bahwa mereka masih harus melakukan banyak pekerjaan untuk memahami makna sepenuhnya. Para peneliti mengundang para ahli bahasa Ibrani untuk membantu menafsirkan lebih lanjut teks yang telah dipecahkan. Selain itu, mereka juga mencari ahli dalam bahasa-bahasa kuno yang mungkin terkait dengan manuskrip ini. Mereka berharap para ahli dapat membantu mereka menggali lebih dalam makna yang tersembunyi dalam manuskrip ini. Dengan demikian, mereka dapat mengungkap misteri yang telah membingungkan para peneliti selama berabad-abad. Mereka juga ingin memahami konteks budaya dan sejarah di balik manuskrip ini. Pada akhirnya, mereka berharap penelitian ini akan memberikan wawasan baru tentang manuskrip Voynich dan peradaban kuno yang membuatnya.

Potensi Kecerdasan Buatan dalam Penelitian Naskah Kuno

Tim Kondrak menemukan betapa pentingnya peran AI dalam mengungkap rahasia naskah kuno. AI mempelajari pola bahasa yang rumit dan mengidentifikasi teks yang manusia tidak bisa baca. AI membuka jalan bagi penemuan manuskrip kuno lainnya. Tim Kondrak berencana menggunakan algoritma yang sama untuk menganalisis naskah kuno lainnya. Tindakan mereka membuka peluang baru bagi penelitian sejarah dan pemahaman peradaban masa lalu.

Proses dekripsi Manuskrip Voynich masih jauh dari selesai. Namun, langkah-langkah yang mereka ambil memberi harapan baru bagi para peneliti. Mereka berupaya memahami naskah paling misterius dalam sejarah manusia. Kecerdasan buatan semakin berkembang pesat. Kita mungkin segera tahu lebih banyak tentang teks kuno yang selama ini tersembunyi. Teks-teks tersebut tersembunyi dalam kabut misteri selama berabad-abad. Tim Kondrak dan peneliti lain terus berupaya untuk menemukan kode-kode tersembunyi dan mengartikan tulisan-tulisan yang belum terpecahkan. Para peneliti ingin mengetahui siapa penulis manuskrip tersebut, apa tujuan penulisannya, dan informasi apa yang ingin penulis sampaikan kepada dunia.

Exit mobile version